Jumat, 15 Agustus 2008

KEDEWASAAN SEORANG PRIA


Menjadi tua itu pasti, namun menjadi dewasa itu sebuah pilihan, namun tidakkah lucu melihat seseorang tua yang belum dewasa?
Banyak orang yang berusaha untuk tampil dewasa dengan mengenakan pakaian - pakaian yang sebenarnya lebih cocok dipakai oleh orang - orang yang usianya beberapa dekade berada di atasnya, banyak juga orang yang berusaha tampil dewasa dengan memperbanyak kesibukannya, dan di belahan lain, beberapa orang berusaha men-dewasa-kan dirinya dengan membentuk tubuhnya di pusat-pusat kebugaran. Namun apakah benar mereka telah dewasa?
Ternyata, kedewasaan bukanlah sekedar penampilan, kesibukan, atau bahkan usia, melainkan dilihat dari pola pikir orang tersebut. Kemampuannya mengambil sudut pandang jika dihadapkan terhadap sebuah pilihan atau masalah adalah parameter yang tepat untuk menilai kedewasaan seseorang.
Memang benar kalau kita melihat orang - orang yang sudah berumur ( 20 tahun ke atas ) cenderung berpikiran lebih dewasa, namun, kedewasaan mereka datang tidak dengan tiba - tiba, melainkan dengan sebuah proses dan juga tempaan yang cukup berat dengan masalah sebagai batu tempaannya. Semakin besar masalah yang dihadapi seseorang akan semakin baik membentuk kualitas dari kedewasaan seseorang.
Ada sebagian orang yang diumur yang masih belasan sudah memiliki cara berpikir yang begitu dewasa, namun ada juga orang yang diumurnya yang bahkan sudah dapat dikatakan senja, masih saja kekanak-kanakan.
Tapi apa sih yang disebut dengan kedewasaan? Kedewasaan adalah kemampuan kita melihat secara objektif suatu objek, entah itu masalah atau apapun, dengan mengambil setting dari berbagai sisi, dengan mempertimbangkan baik dan buruknya. Seseorang yang mampu melihat segala sesuatu dari berbagai sudut, cenderung akan menghasilkan sebuah respon yang benar.
Sebagai sebuah analogi, ketika kita melihat harimau, pada satu titik, maka yang terlihat hanyalah kulit harimau, dan pada saat itu, kita tidak akan mampu menghasilkan sebuah respon yang baik menanggapinya, bisa kita katakan bahwa itu hanyalah pajangan kulit harimau, yang tentu saja membuat kita tidak perlu mengambil respon yang berlebihan menanggapinya, atau bisa jadi kita melihatnya sebagai seekor harimau yang hidup yang setiap saat akan menerkam kita, karenanya kita perlu mengambil senapan untuk segera menembaknya,
Namun dengan kita melihat objek harimau itu dari berbagai sisi, maka kita dapat menentukan respon yang tepat dalam menghadapi objek harimau tersebut. Keputusan yang diambilpun akan menjadi secukupnya, tidak berlebihan, juga tidak kekurangan.
Dalam kehidupan nyata, kedewasaan dapat dinilai dari cara kita mengendalikan diri kita dalam memperoleh suatu benda. Seseorang yang kekanak-kanakan hanya mengerti dia mendapatkan benda tersebut, atau tidak, dan ketika dia tidak mendapatkan benda tersebut, maka ia akan menangis sejadi - jadinya, dan merepotkan orang lain yang ada di sekitarnya.
Lain halnya dengan orang yang telah dewasa, ia akan mampu menerima dengan pikiran yang lebih jernih sekiranya ia tidak dapat mendapatkan benda tersebut, untuk kemudian memikirkan cara lain yang lebih baik untuk mendapatkannya, atau malah, menyingkirkan keinginan tersebut.
Mengapa contoh yang pertama dikatakan kekanak-kanakan? Karena pada dasarnya ketika kita kanak - kanak, segala kebutuhan kita memang selalu akan dipenuhi oleh orang tua kita, dan seandainya kita tidak dapat memperolehnya, kita memang hanya dapat ,menangis, karena memang hanya itu yang dapat kita lakukan.
Akan tetapi usia seseorang akan terus bertambah seiring waktu dan seseorang tidak akan bergantung dengan orang tuannya sepanjang hayatnya, karenanya orang itu suatu saat perlu menjadi dewasa.
Dilain pihak, kedewasaan sangat perlu supaya kita senantiasa memandang positif hidup kita. Seseorang yang masih kanak-kanak cenderung terus melihat pada apa saja yang belum dimiliki, dan apa yang harus dimiliki. Dan itu bertolak belakang dengan seseorang yang telah dewasa. Ia akan senantiasa melihat apa yang telah ia miliki lebih daripada yang belum orang lain miliki, atau yang sebelumnya ia tidak miliki.
Karenanya, orang dewasa cenderung lebih mudah untuk bersyukur dengan apa yang telah ada di dirinya. Dengan kata lain, apabila seseorang sepanjang hidupnya di hari - hari terakhir ini terus saja mengeluh dengan keadaan hidupnya, maka sepantasnnyalah ia meneliti tingkat kedewasaan yang ia miliki, jangan-jangan ia termasuk dalam kategori orang-orang dengan pola berpikir kanak-kanak.
Jadi, memang seseorang perlu untuk merubah pola pikirnya menjadi dewasa.menjadi dewasa tidak sekedar hanya untuk memnuhi tuntutan umur, atau memenuhi selera orang lain dalam penilaiannya akan kita, melainkan juga berkaitan dengan hal - hal yang begitu substantif seperti kemampuannya bertahan hidup.
Kalau boleh diambil sebuah hipotesa, bahwasanya orang - orang yang mengakhiri hidupnya dengan cara menggantung diri, merupakan ciri - ciri orang yang belum mampu berpikiriran dewasa. Mereka tidak mampu memperoleh sesuatu yang positif di dalam hidupnya. Terlepas dari kurangnya materi yang mereka miliki, mereka tidak sadar bahwa sebenarnya penciptaan mereka didunia, dan kesempatan mereka untuk hidup di dunia, bahkan jauh lebih berarti dari gelimang harta dan benda orang lain yang bahkan belum tentu dapat mereka nikmati.
Namun sayangnya, saat ini, untuk menjadi dewasa, jauh lebih sulit dibandingkan beberapa tahun yang lampau. Selain begitu banyaknya kemudahan yang memanjakan tingkah - polah kekanak - kanakan seseorang, arus informasi yang datang lewat layar kaca saat ini sangat jauh dari kata mendidik.
Pandangan hidup kemewahan, sikap hidup hedonistik, pola gonta -ganti pasangan, perebutan harta benda, kerap kali menjadi suguhan yang begitu lumrah tampil di layar kaca. Hidangan - hidangan tersebut begitu laku dilihat dari rating tayangan, dan menipu jutaan pemirsa televisi, bahwa sebenarnya tayangan tersebut mengandung racun yang begitu jahat bagi kehidupan manusia.
Menjadi dewasa, saat ini mendapatkan tantangan yang begitu berat. Tontonan televisi, arus informasi, terus - menerus masuk kedalam otak manusia, membentuk cara pandang tersendiri bagi khalayaknya sehingga mereka tidak lagi mampu melihat suatu masalah secara objektif.
Disobjektifitas ini sangat berbahaya, disatu sisi, disobjektifitas ini mengurangi rasa berharga dan semangat hidup bagi orang - orang yang secara ekonomi begitu kekurangan, dan disisi lain, seringkali memberikan legitimasi budaya dalam hal menghakimi sesuatu menurut pola pikir khalayak.
Dalam hal ini seringkali budaya yang dijadikan tameng dalam melegitimasi apa saja yang menjadi menu tayangan di televisi, padahal kalau mau jujur, tidak semua budaya yang kita miliki mendidik ke arah yang lebih baik.
Apabila terus saja budaya yang dijadikan tameng legitimasi sesuatu, kita perlu khawatir, seberntar lagi pola hidup hedonistik asusila, yang belakangan ini begitu membudaya, menjadi sebuah pola hidup yang dilegitimasi, atau bahkan korupsi terselubung yang sebenarnya telah begitu membudaya pun dijadikan menjadi sebuah legitimasi publik akibat tayangan televisi.
Jadi, saat ini, musuh utama kedewasaan cara berpikir masyarakat adalah tayangan - tayangan televisi yang sama sekali tidak mendidik.
Karenanya, dalam hal ini, pemerintah perlu memiliki keberanian yang besar dalam hal mengawasi konsumsi informasi publik agar kedewasaan publik dapat terus tumbuh dan berkembang.
Setiap orang perlu menjadi dewasa, pria membutuhkan seorang wanita dewasa sebagai pendamping hidupnya, begitu pula seorang wanita memerlukan seorang pria dewasa sebagai penopang hidupnya di masa yang akan datang kelak. Seorang anakpun memerlukan orang tua dewasa yang mampu memberi contoh baik bagiamana bertingkah dalam hidup.
Seorang pria membutuhkan seorang wanita dewasa yang mampu meredakan setiap ambisi dan emosi yang tinggi mengingat tekanan hidup yang begitu menekan belakangan ini. Dia juga membutuhkan seorang wanita dewasa yang senantiasa memberikan ketenangan dalam hidupnya.
Dalam ilmu theologia, wanita kerapkali disimbolkan sebagai tulang rusuk yang hilang di dalam tubuh seorang pria. Dalam analogi ini, tulang rusuk baru dapat berdiri kuat apabila semua tulang dalam sistem tulangannya tidak ada yang rapuh, karenanya, seorang pria membutuhkan seorang wanita yang kuat dan terus tegar demi menopang kehidupan sang pria. Maka benar bila di balik seorang pria yang hebat, pasti ada sentuhan wanita yang kuat.
Wanitapun memerlukan seorang pria yang mampu berpikir dewasa, yang dapat setia dan kuat melindungi sang wanita dari berbagai macam ancaman. Pada dasarnya, wanita memang makhluk lemah yang membutuhkan perlindungan dari seorang pria yang kuat, dan kuat disini tidak hanya menggambarkan kekuatan fisik, namun juga kedewasaan pola pikir yang telah terbentuk.
Sebuah pasangan dimana salah satu bagiannya ada yang belum dewasa tidak akan menghasilkan sebuah keluarga yang seutuhnya, malahan cenderung akan saling menyakiti karena ibarat sebuah gelas, seseorang yang belum dewasa akan selalu kekurangan dan pasangannya yang lebih dewasa akan cenderung mengisi kekosongan itu terus - menerus sehingga pasangan uang lebih dewasa itu cenderung kelelahan dan hubungan seperti itu, tidaklah sehat.
Banyak hal mengapa sebuah kedewasaan itu begitu penting dalam hidup manusia, sekelompok manusia, negara, bahkan dunia. Keluarga, negara, dunia, akan damai, adil dan tenteram apabila dihuni oleh manusia - manusia yang mampu berpikir dewasa. Dengan mampu berpikir dewasa, maka kehidupan manusia menjadi lebih indah dan bermakna.
Akhir kata, seseorang sebenarnya akan mampu hidup lebih lama tanpa makanan mewah, dinbandingkan tanpa kedewasaan, karena semangat hidup seseorang bergantung pada tingkat kedewasaan yang ia miliki.
Tidak ada seorangpun yang dapat menghambat berjalannya waktu. Begitu juga usia manusia yang terus berjalan sejalan dengan waktu, yang akan menghantarkan manusia tersebut pada kesenjaan sebuah usia, namun, seberapa berkualitaskah hidup kita? Semua bergantung pada kedewasaan kita, jadi sudahkah anda menjadi dewasa saat ini?